0 comments

Kopi dan Sejuta Alasan

Published By : Ihsan Syah - pp


Kopi, pernahkah kau sadar bahwa aku begitu tergila-gila padamu? .. haha pertanyaan yang baru saja ku lontarkan hanya menyajikan dua opsi jawaban, “IYA atau TIDAK”… Aku tak ingin kau menjawab tidak, namun tak pula berharap kau menjawab iya.. Dan jika perlu, kau tak usah menjawab. Karna aku sudah tahu  setiap molekul respon yang akan kau muntahkan kepadaku,…. “DIAM”,. Itulah yang bisa kau lakukan, Kopiii…… . Ya, aku tahu terdiam adalah pilihanmu, mungkin juga takdir… Tapi setidaknya kau bisa menggambarkan jawabanmu dengan pahit manis rasamu. Entahlah, aku tak pernah mengerti arti pahitmu dan aku pun tak pernah mengerti arti manismu.. Mungkin pernah terlintas dibenakku akan arti pahit yang kau berikan, namun seketika buyar oleh manis yang datang menyapa.. Arti manis yang kau sajikan juga mungkin pernah menggores pikiranku, namun seketika hambar oleh pahit yang datang mencengkram.
Aku tak peduli, aku tak pernah peduli, dan aku tak akan pernah peduli, dengan semua definisi-definisi tentang pahit ataupun manismu, meskipun terkadang nalarku merangkak, mencari sebutir atom jawaban tentang definisi itu, tapi aku akan tetap tertancap pada satu titik„. titik ke-tidak-peduli-an… Panas ataupun dingin.. Hitam, coklat, bahkan putih setkalipun, aku akan tetap konsisten dengan titik tempatku beradu,.. “TIDAK PEDULI”..
Kau tahu? Sejuta alasan kini telah aku gulirkan. Logis maupun tidak logis, semuanya bergulir acak.. Alasan-alasan yang ku hamburkan demi sebuah tujuan konyol,. “Duduk, terdiam, dalam hening, memandangi secangkir kopi yang tetap dalam bisu, di atas meja tempatnya beradu”. Ya, itulah yang hati ini tuju, itulah hati ini cari dalam setiap perjalanannya yang begitu hening…. Itu, itu, dan itu, duduk bersama kau, wahai secangkir kopi. Memandangmu, hanya dengan sejenak memandangmu, aku bisa merasakan setiap ons pahit dan manismu.. Tapi kau sedikitpun tak pernah, dan tak akan pernah bisa menyadari kehadiranku. Dan aku tak peduli itu.. Aku tak peduli kau melihatku atau tidak„ Karena kau hanyalah secangkir kopi..
-kopi bercerita lebih tajam-
Caca (Ihsan Syah)
Rabu, 8 Mei 2013 - 21:35